Penggunaan Vape dan Risiko Diabetes
by : Imelda Mika Silalahi, Am.Keb, S.K.M
Perilaku merokok merupakan bagian dari gaya hidup dan kebutuhan. Bukti bahaya dari merokok yang cukup tinggi, membuat munculnya inovasi teknologi berupa produk rokok elektrik (e-cigarette) atau Vaporizer Electric (Vape). Rokok elektrik ini sebenarnya sudah ada sejak 1930, tetapi produk vape ini masuk di pasaran Indonesia pada tahun 2010 dan mulai populer di Indonesia pada tahun 2013.
Vape dianggap sebagai metode alternatif pengganti rokok konvensional dan kini sedang marak di kalangan masyarakat khususnya kaum muda. Banyak pendapat yang menganggap jika vape lebih aman dibandingkan rokok bakar biasa. Oleh sebab itu muncul tanggapan jika diabetesi yang tidak bisa berhenti merokok dapat menggunakan vape sebagai alternatif pilihan yang aman. Apakah benar diabetesi tetap aman menggunakan vape sebagai alternatif pengganti rokok bakar biasa? Nah, mari kita lihat fakta tentang kandungan vape tersebut terlebih dahulu.
Kandungan vape :
- Propilen glikolatau gliserin
- Nikotin
- Karsinogen
- Akrolein
- Diacetyl
- Diethylene glycol
- Logam seperti nikel, timah, dan kadmium
- Benzene, yaitu senyawa organik yang biasanya ditemukan di knalpot mobil.
Lalu, apa kaitan penggunaan vape tersebut dengan risiko diabetes?
Nikotin dapat meningkatkan risiko diabetes melitus khususnya tipe 2. Hal ini erat kaitannya dengan efek nikotin dalam darah yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin A1c (HbA1c) diperkirakan sampai 34%. HbA1c merupakan indikator standar dari konten gula darah pada tubuh rata-rata dalam 2-3 bulan. Kadar HbA1c normalnya di bawah 5,7% dengan prediabetes berkisar antara 5,7-6,4%. Kadar HbA1c > 6,5% diinterpretasikan sebagai diabetes.
Selain itu, zat nikotin dalam darah juga terbukti mengakibatkan resistensi reseptor insulin dan dapat menurunkan sekresi insulin pada sel β pankreas. Saat seseorang pertama kali terkena diabetes, jumlah sel β sudah berkurang rata-rata lebih dari 50%. Hal ini tentu saja dapat mengurangi fungsi sel β pankreas untuk memproduksi dan mengeluarkan hormon insulin, yang berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas fisiologis. Sekresi insulin normalnya terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Oleh sebab itu, kandungan nikotin dapat menurunkan sekresi insulin pada sel β pankreas, dan berdampak pada peningkatan risiko diabetes maupun dapat meningkatkan morbiditas.
Kini kita mengetahui vape bukanlah pilihan yang lebih aman. Vape dapat tetap meningkatkan risiko diabetes karena zat nikotin yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, berhenti merokok adalah hal terbaik yang bisa Anda lakukan dan akan sangat menguntungkan bagi kesehatan anda dimasa depan.
Leave a Reply