Mitos VS Fakta Seputar Diabetes dan Tuberkulosis

dr. Cynthia Nathania Setiawan

Hai diabetesi! Tahukah kamu? Tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Tuberkulosis adalah infeksi saluran pernapasan menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit Tuberculosis sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena banyaknya mitos yang beredar. Yuk, kita simak beberapa Fakta dan Mitos seputar Tuberkulosis serta kaitannya dengan Diabetes. 

Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah jarang ditemui di Indonesia

Mitos. Indonesia menempati peringkat ke 3 dengan jumlah kasus Tuberkulosis terbanyak di dunia. Angka Tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 845.000 penduduk, dengan perkiraan setiap jam terdapat 11 orang meninggal akibat Tuberkulosis.

Tuberkulosis adalah penyakit yang diderita masyarakat dengan sosial ekonomi rendah

Mitos. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (Pusdatin RI) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan angka kejadian Tuberkulosis pada golongan sosial ekonomi terendah hingga menengah keatas. Tuberkulosis dapat menginfeksi semua orang. 

Tuberkulosis dapat ditularkan melalui droplet 

Fakta. Penularan Tuberkulosis terjadi apabila seseorang yang terinfeksi mengeluarkan droplet dari saluran napas (batuk, bersin, menyanyi). Tuberkulosis tidak menular melalui jabat tangan maupun berpelukan.

Tuberkulosis dapat dicegah

Fakta. Tindakan pencegahan Tuberkulosis antara lain: mendapatkan vaksinasi BCG sesuai dosis dan jadwal yang telah ditetapkan, memasang ventilasi udara yang memadahi pada tempat tinggal, makan makanan bergizi dan berolahraga untuk meningkatkan sistem imun. 

Semua pengidap Tuberkulosis mengalami batuk darah

Mitos. Tidak semua pengidap Tuberkulosis mengalami gejala batuk darah. Gejala umum yang dialami antara lain: sesak napas, berkeringat malam hari, demam, batuk >2 minggu, penurunan berat badan.

Tuberkulosis merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh

Mitos. Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan obat. Pengobatan Tuberkulosis memerlukan waktu minimal 6 bulan. Kesembuhan dari pengidap Tuberkulosis ditentukan dari kepatuhan berobat dan tingkat kekebalan tubuh. 

Penderita diabetes melitus memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi Tuberkulosis

Fakta.  Diabetesi memiliki risiko 3x lebih besar untuk terinfeksi Tuberkulosis. Hal ini dikarenakan kadar gula darah yang tinggi mengganggu fungsi sel pertahanan tubuh. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan membunuh kuman dalam merespons infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Pada saat menjalani pengobatan Tuberkulosis, diabetesi harus menghentikan konsumsi obat penurun gula darah

Mitos. Pengelolaan Tuberkulosis dan Diabetes harus dilakukan secara simultan. Diabetesi tetap harus menjalani pengobatan gula darah dengan modifikasi jenis dan dosis obat. Penyesuaian terapi pada diabetesi yang mengidap tuberkulosis harus dalam pemantauan dokter. 

Nah, setelah mengetahui berbagai mitos dan fakta diatas, diabetesi pastinya lebih paham serta waspada terhadap infeksi Tuberkulosis. Sistem imun yang kuat merupakan kunci agar tidak mudah terinfeksi Tuberkulosis. Oleh karena itu, pastikan diabetesi menerapkan pola hidup sehat untuk mencapai kekebalan tubuh yang optimal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top