Djati, 27 tahun

Terkejut sekali ketika saya didiagnosa terkena penyakit Diabetes di usia ke 27. Setiap tahunnya saya melakukan medical check up, tahun lalu saya masih sehat-sehat saja. Namun tidak kali ini.

Nama saya Djati. Saya bekerja sebagai staff grafis di sebuah agency periklanan. Setiap harinya saya hanya duduk di depan komputer untuk mengedit materi tv commercial. Meeting dengan klien maupun rekan kerja adalah makanan sehari-hari bagi saya, literally makanan, karena di setiap meeting akan selalu ada camilan seperti kue, gorengan, dan minuman kaleng. Karena sangat sibuk, saya sering tidak sempat sarapan, jadi saya sarapan di meeting-meeting tersebut.

Saya selalu makan siang dan malam di mall dekat kantor maupun mall di bawah apartment dimana saya tinggal. Maklum, belum berkeluarga. Semua harus saya urus sendiri.

Saya sering sekali bekerja hingga larut. Bukan karena tidak bisa mengatur waktu, tapi memang sangat senang bekerja dan selalu before the deadline. Tetapi kini, saya harus bisa merubah semua ini demi kesehatan saya. Saya harus menjadi orang yang lebih disiplin dalam mencintai tubuh saya.

Saya diwajibkan dokter untuk meminum obat selama kurang lebih 1 bulan. Kemudian saya harus berkonsultasi dengan ahli gizi untuk membantu mengatur pola makan saya. Sekarang saya selalu memasak makanan saya sendiri, dan kalaupun saya makan di luar, saya akan memilih menu high-fiber. Tidak lagi seperti dulu dimana saya selalu konsumsi pasta, steak, french fries, dessert. Pokoknya yang high-carbo high-protein. Maklun, dari kecil tidak suka sayur. Baru deh kena batunya sekarang.

Selain mengatur pola makan, saya juga diwajibkan olah raga. Selain biar sehat, ya sekalian biar tambah ganteng aja sih. Sebenarnya saya memang tidak gemuk, hanya agak buncit. Sekarang saya olahraga seminggu 3x, sekedar jogging atau ikutan event lari. Terasa berbeda sih, badan saya jadi fit dan tidak lagi mager alias males gerak. Bahkan ketagihan sampai lari di Gunung Bromo.

Nah, selain pola makan dan jarang olah raga, satu lagi old habit yang buruk, minum. Terbiasa makan ditemani sekaleng beer, kadang 2. Menurut ahli gizi yang saya datangi, beer tidak menyebabkan perut buncit tapi kalori yang terkandung dalam beer cukup tinggi dan beer dapat menambah nafsu makan. Jadi buncit deh saya.

Setelah menjalani pola hidup sehat selama 4 bulan, gula darah saya cenderung mendekati normal. Tentunya saya harus terus menjaga dan kontrol kadar gula darah karena diabetes memang tidak bisa disembuhkan, hanya dapat dikontrol dengan pola hidup sehat tadi.

Jadi, diabetes bukan hanya diderita orang berumur yah, masih muda seperti saya juga bisa terkena diabetes karena hidup tidak sehat. Maka, ayo kita menjaga pola hidup sehat dari sekarang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top